Selain harga komoditas getah karet di Lampung Utara yang dalam dua tahun terakhir belum juga naik, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di wilayah setempat juga mengalami hal yang sama.
Kardi (42) warga kecamatan Sungkai Tengah di kediamannya, Rabu (28/10/2015) mengaku karena anjoknya harga TBS, petani sawit di wilayah rata-rata sudah tidak mau memanen lagi kelapa sawit dikebunnya.
“Dengan harga kelapa sawit saat ini, petani yang saya kenal di wilayah rata-rata sudah tidak mau memanen TBS yang dihasilkan di kebunnya,” ujarnya Hal itu, dengan pertimbangan dengan harga TBS kelapa sawit sudah tidak sesuai lagi dengan upah tenaga kerja yang mesti dikeluarkan pemilik kebun.
Pada 2013, harga kelapa sawit di tingkat pengumpul di kecamatan berkisar Rp1.200/kg. Pada 2014. Tak sebanding dengan harga bahan bangunan maupun harga material bangunan.
Harga kelapa sawit turun menjadi Rp 1.000/kg dan pada 2015 mulai sekitar Januari harga kelapa sawit terus merosot. Dari Rp900/kg, Maret turun Rp700 /kg, bulan berikutnya turun lagi menjadi Rp600--Rp500/kg dan pada September-Oktober, harga TBS terakhir hanya Rp350/kg. Seiring penurunan harga pipa , dan harga lantai kayu.
“Komoditas kelapa sawit saat ini sudah tidak lagi menjadi sandaran hidup bagi petani di wilayah. Sementara, beban hidup keluarga dari tahun ke tahun cenderung terus mengalami kenaikan” kata dia.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Produksi Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Disbun) Kabupaten Lampung Utara, Murdoko di ruang kerjanya, Kamis (29/10/2015) mengatakan merujuk data harga komoditas perkebunan, harga kelapa sawit terus mengalami penurun selama hampir dua tahun terakhir (2013--2015).
Pada 2013, harga TBS kelapa sawit di tingkat pengumpul di Kotabumi tercatat Rp1.400/kg. Pada 2014, harga itu turun menjadi Rp 1.200,-kg dan 2015 pada Februari harga kelapa sawit turun menjadi Rp 800,-/kg.
Sekitar April harga itu kembali turun menjadi Rp 600kg dan data terakhir pada September-Oktober, harga kelapa sawit tercatat berkisar Rp 400,-/kg. Hal ini berbanding lurus dengan penurunan harga wiremesh dan juga harga pasir.
“Anjloknya harga sawit saat ini sudah menjadi keluhan semua petani sawit di Lampura. Sebab, di kabupaten setempat, kelapa sawit sudah menjadi komoditas andalan dan sandaran hidup bagi petani untuk menopang kehidupan keluarga. Dengan harga seperti ini, banyak petani terpaksa beralih komoditas pertanian atau perkebunan yang di nilai lebih menguntungkan” kata Murdoko. YUD