Sebagai dampak perlambatan ekonomi dan melemahnya permintaan, harga jual rerata apartemen di Jakarta naik hanya 1,1 persen selama kuartal I-2016. Hal ini mungkin karena naiknya harga material atau harga material bangunan dan juga harga bahan bangunan.
Kenaikan harga moderat ini menjadikan harga jual rerata apartemen di CBD Jakarta menjadi Rp 47,8 juta per meter persegi, di Jakarta Selatan Rp 36 juta per meter persegi, dan di luar area premium Rp 23,1 juta per meter persegi.
Selain permintaan melambat, tipisnya pertumbuhan harga juga disebabkan pengembang cenderung mematok angka lebih hati-hati untuk menjaga aktivitas penjualan tetap berjalan dan menarik minat pembeli potensial.
Secara umum pengembang juga menggunakan metode pemasaran tradisional seperti pemberian insentif berupa diskon besar-besaran dan fleksibilitas pembayaran selama periode tertentu.
Sebagian besar, seperti diperlihatkan riset Colliers International Indonesia, pengembang menawarkan kemudahan pembayaran yang bisa dicicil selama 36 bulan.
Direktur PT Ciputra Properti Tbk (CTRP) Artadinata Djangkar mengatakan, meski tahun ini pasar bergerak lebih baik dari tahun 2015 lalu, namun masih belum bisa dikatakan kuat (strong).
"Kami masih optimistis dengan kondisi pasar sekarang. Namun, kami tetap berharap tax amnesty segera diberlakukan untuk menambah 'energi' ke pasar properti dan bisnis lain," tutur Arta kepada Kompas.com, Minggu (10/4/2016).
Berkolaborasi menggandeng Trisula Group, CTRP saat ini sedang mengerjakan superblok Ciputra International di Jakarta Barat meskipun terjadi lonjakan harga material, lalu bahan bangunan atau harga bahan bangunan.
Superblok ini menempati lahan seluas 7,5 hektar. Di dalamnya akan dibangun 10 menara yang terbagi atas tiga tahap pengembangan. Tahap pertama adalah tiga menara perkantoran dan 1 menara kondominium.
"Volume pertumbuhan cukup baik, sekitar 10 persen," tandas Arta.
留言列表